Pengikut

Rabu, 23 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

 MUHAMAD ROKIM

CGP ANGKATAN 11

KABUPATEN DEMAK, PROVINSI JAWA TENGAH


Tulisan ini merupakan tugas dari Modul 3.1.j.1 Koneksi Antar Materi: Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengalaman pribadi dalam mengikuti kegiatan CGP dan keterkaitan materi di modul sebelumnya menjadi bagian dari pembuatan artikel ini. Selamat membaca, semoga bermanfaat, sehat selalu dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Salam Guru Penggerak!

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

 

Dari kutipan tersebut, kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari saat ini adalah mengajarkan anak mengenai nilai-nilai hidup yang akan membantu mereka bertumbuh dengan karakter yang diharapkan.

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan dapat memberikan dampak besar pada lingkungan kita. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai kebajikan dan kebermanfaatan akan menciptakan budaya yang positif, baik di sekolah maupun di masyarakat. Sebaliknya, keputusan yang diambil tanpa mempertimbangkan nilai-nilai ini dapat menyebabkan dampak negatif dan ketidakpuasan di lingkungan.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid dengan mengutamakan prinsip-prinsip yang berpihak pada mereka. Dalam setiap pengambilan keputusan, saya akan mempertimbangkan dampaknya terhadap murid dan komunitas sekolah, serta menanamkan nilai-nilai kebajikan dalam keputusan tersebut. Dengan demikian, saya bisa menjadi teladan bagi murid-murid saya.

 

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Kutipan ini menunjukkan bahwa pendidikan harus melibatkan lebih dari sekadar transfer pengetahuan, jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah saya alami di modul ini. Sebagai pemimpin pembelajaran, saya diajarkan untuk mengedepankan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan. Ini sejalan dengan pemikiran Hegel bahwa pendidikan adalah seni untuk membuat manusia berperilaku etis. Dengan demikian, saya menyadari bahwa tujuan pendidikan tidak hanya untuk menghasilkan individu yang terampil, tetapi juga yang berintegritas dan bertanggung jawab.

Berikut adalah rangkuman kesimpulan pembelajaran (Koneksi Antar Materi) modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya:

1.    Kaitan Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Penerapan Pengambilan Keputusan

Filosofi Ki Hajar Dewantara, melalui konsep Pratap Triloka, berhubungan erat dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin, terutama dalam pendidikan. Ing Ngarso Sung Tuladha menekankan pentingnya pemimpin memberi teladan yang baik, Ing Madyo Mangun Karsa menekankan membangun semangat dan melibatkan orang lain dalam proses keputusan, sedangkan Tut Wuri Handayani menekankan pemberian dukungan setelah keputusan dibuat. Filosofi ini mendorong pemimpin untuk memperhatikan proses serta dampak pengambilan keputusan, sambil membimbing dan mendukung orang lain secara berkelanjutan.



2.  Pengaruh Nilai-nilai terhadap Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan suatu keputusan, nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi proses tersebut. Nilai-nilai bagaikan gunung es; yang terlihat kecil di permukaan air, tetapi memiliki bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Oleh karena itu, penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita, yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil.

3.  Kaitan Materi Pengambilan Keputusan dengan Coaching

Coaching adalah keterampilan penting untuk menggali masalah, baik dalam diri kita maupun orang lain. Dengan model coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah dan menyusun solusi secara sistematis. Kombinasi TIRTA dengan sembilan langkah pengambilan keputusan membantu dalam evaluasi keputusan yang diambil. Pembimbingan dari fasilitator memungkinkan guru untuk mengevaluasi keputusan mereka, memastikan keputusan berpihak pada murid dan sejalan dengan nilai-nilai kebajikan. Proses coaching meliputi tujuan, identifikasi masalah, rencana aksi, dan pertanyaan reflektif, yang menggali potensi coachee dalam pengambilan keputusan.

4.  Pengaruh Kemampuan Guru dalam Mengelola Aspek Sosial Emosional

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan, terutama dalam situasi dilema etika. Guru yang memahami dan mengelola emosi mereka akan lebih mampu mengambil keputusan yang rasional dan mempertimbangkan dampak sosial-emosional terhadap siswa.

5.  Pembahasan Studi Kasus dan Nilai-nilai Pendidik

Dalam pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika, diperlukan kesadaran diri (self-awareness) dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah dalam konsep pengambilan dan pengujian keputusan, terutama pada uji legalitas, untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah, ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral, maka sebagai seorang guru, kita harus kembali pada nilai-nilai kebenaran.

6.  Dampak Pengambilan Keputusan yang Tepat

Pengambilan keputusan yang tepat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang adil dan transparan akan membangun kepercayaan, menciptakan rasa aman, serta mendorong partisipasi aktif dari siswa dan pemangku kepentingan lainnya.

7.    Tantangan dalam Pengambilan Keputusan Etika

Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika di lingkungan saya meliputi tradisi yang sudah mengakar, sikap perlawanan dari senior, dan kebutuhan untuk berusaha lebih keras dalam menerapkan sembilan langkah pengujian keputusan. Meskipun demikian, keputusan yang diambil harus dapat dibenarkan secara moral. Perubahan paradigma juga memerlukan perhatian pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan, seperti berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), mempertimbangkan peraturan yang mendasari keputusan (rule-based thinking), dan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman dengan pendekatan berbasis rasa peduli (care-based thinking).

8.    Pengaruh Keputusan Terhadap Pembelajaran yang Memerdekakan

Pengambilan keputusan yang kita ambil tentu berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Merdeka belajar merupakan tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan, yang berarti murid bebas untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Dengan demikian, siswa dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

9.    Pengaruh Pemimpin Pembelajaran terhadap Masa Depan Murid

Guru adalah pemimpin pembelajaran sebagai pamong yang diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid. Peran kita sebagai pemimpin pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua murid agar mereka mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhan murid, sehingga mereka dapat menemukan jatidirinya.

10. Kesimpulan Akhir dari Pembelajaran Modul

Pengambilan keputusan adalah kompetensi penting yang harus dimiliki oleh guru, berlandaskan filosofi Ki Hajar Dewantara sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan harus didasarkan pada budaya positif dan mengikuti alur BAGJA untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman. Seorang guru juga perlu memiliki kesadaran penuh (mindfulness) untuk membimbing murid menuju profil pelajar Pancasila. Dalam proses ini, guru akan menghadapi dilema etika dan bujukan moral, sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memastikan keputusan berpihak pada murid dan mendukung merdeka belajar.

Selain itu, guru harus menghargai visi, misi, dan nilai-nilai sekolah dalam pengambilan keputusan. Mandiri dalam belajar dan membimbing murid adalah kunci untuk membantu siswa mengembangkan potensi dan mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan mereka. Kompetensi sosial emosional yang matang, termasuk kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial, sangat mendukung guru dalam pengambilan keputusan yang efektif.

11. Pemahaman tentang Konsep yang Dipelajari

Pemahaman mendalam tentang konsep-konsep seperti dilema etika, bujukan moral, dan berbagai model pengambilan keputusan telah membuka cakrawala baru bagi saya. Dulu, mungkin saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanyalah soal memilih opsi yang paling menguntungkan. Namun, dengan mempelajari konsep-konsep ini, saya menyadari bahwa proses pengambilan keputusan jauh lebih kompleks dan melibatkan aspek moral yang mendalam. Konsep-konsep ini mendorong saya untuk berpikir lebih kritis, tidak hanya tentang apa yang kita pilih, tetapi juga mengapa kita memilihnya. Dengan demikian, saya dapat membuat keputusan yang lebih etis, bertanggung jawab, dan berdampak positif bagi diri sendiri maupun orang lain.

Saya menemukan banyak hal yang tidak terduga dalam prinsip, paradigma, dan pengujian keputusan, seperti kebenaran vs. kesetiaan, berpikir berbasis rasa peduli, serta pengujian benar dan salah.

12. Pernahkah Menerapkan Keputusan Sebagai Pemimpin dalam Situasi Moral Dilema

Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilema moral. Perbedaan dalam penerapannya adalah pada saat itu saya belum memahami paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan. Saya hanya mengambil keputusan sesuai hati nurani, dengan mempertimbangkan perasaan dan mengikuti aturan. Namun, terkadang keputusan yang saya ambil terasa kaku dan kurang fleksibel, sehingga masih muncul friksi dari hasil keputusan tersebut.

13. Pengalaman Sebelum dan Sesudah Modul

Mempelajari konsep pengambilan keputusan ini memberikan dampak yang sangat besar. Saya menjadi lebih teliti, berhati-hati, dan lebih memahami masalah sebelum mengambil keputusan. Perubahan cara berpikir saya juga terlihat dalam sikap saya saat menyampaikan atau menyelesaikan masalah. Sebelumnya, saya terkesan kaku, kurang fleksibel, dan sering mengedepankan ego pribadi. Selain itu, pentingnya memahami konsep sosial emosional juga sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

14. Pentingnya Modul bagi Individu dan Pemimpin

Topik modul ini sangat penting untuk dipelajari, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pendidikan, seorang guru harus menjadi sosok yang disukai, dipercaya, dan mampu membimbing. Selain itu, guru perlu memiliki kepribadian yang baik dan sifat yang abadi, sehingga dapat menyiapkan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi serta menghadapi berbagai kemungkinan dan tantangan.

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN     MUHAMAD ROKIM CGP ANGKATAN 11 KABUPATEN D...